Saturday 13 December 2014

4. Manusia dan Cinta Kasih


                                           BAB IV

                         MANUSIA DAN CINTA KASIH


A.  PENGERTIAN  CINTA KASIH

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadanninta, cinta  adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau dnta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersarnaan,  namun terdapat perbedaan juga  antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta  tingkat  tertinggi  adalah  cinta  kepada  Allah,  Rasulullah  dan  berjihad  di jalan Allah.  Cinta tingkat  menengah  adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara,  istri/suami  dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan  cinta keluargakerabat, harta  dan  tempat  tinggal.
Bagi setiap orang Islam yang bertakwa,  sudah menjadi  keharusan  bahwa  cinta kepada Allah,  pada Rasulullah,  dan berjihad  di jalan  Allah, adalah merupakan  cinta yang  tidak  ada duanya. Hal ini merupakan  konsekwensi  iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Bahkan itu pendorong  utama  di dalam  menunjang  tinggi agama.
. Cinta  tingkat  terendah  adalah  cinta  yang paling  keji, hina  dan  merusak  rasa  kemanusiaan. Karena  itu ia adalah  cinta  rendahan.  Bentuknya  beraneka  ragam  misalnya  :
1.        Cinta  kepada  thagut.  Thagut  adalah  syetan.  atau  sesuatu  yang  disembah  selain   
Tuhan.Dalam  surat  Al Baqarah,  Allah berfirman  :
            dan  dian tara  manusia  ada  orang-orang  yang  menyembah  tandingan-tandingan Allah;  mereka   mencintainya   sebagaimana   mereka   mencintai   Allah.  Adapun orang-orang  yang beriman  amat  sangat cintanya kepada  Allah
2.     Cinta berdasarkan  hawa  nafsu.
3.    Cinta yang  lebih mengutamakan kecintaan pada orang  tua, anak, istri,  pemiagaan   dan tempat tinggal.
Hikmah  cinta  adalah  sangat  besar.  Hanya  orang  yang  telah  diberi  kefahaman   dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah-hikmah  tersebut adalah  :
1.      Sesungguhnya  cinta  itu adalah merupakan  ujian yang berat dan pahit dalam  kehidupan manusia,   karena  setiap  cinta  akan  mengalami   berbagai  macam   
2.      Bahwa fenomena  einta yang telah melekat di dalam jiwa manusia merupakan  pendorong dan pembangkit yang paling besar di dalam  melestarikan  kehidupan  lingkungan.
3.      Bahwa fenomena cinta merupakan faktor utama didalam kelanjutan hidup manusia, dalam kenal-mengenal  antar mereka.
4.      Fenomena cinta,jika diperhatikan merupakan pengikat yang paling kuat di dalam hubungan antar anggota keluarga, kerukunan bermasyarakat, mengasihi sesama mahluk hidup.


B.   CINTA MENURUT AJARAN AGAMA
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi di pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan  jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup. mengembangkan  potensi dirinya, dan mengaktualisasikan  diri. Pun ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya  untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Iajuga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur'an telah mengungkapkan  cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini, keceoderungannya  untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghind3ri dari segala sesuatu yang rnembahayakan  keselamatan  dirinya, malalui ucapan Nabi Muhammad SA W, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Cinta   kepada   sesama   manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan  dengan manusia lainnya,  tidak boleh tidak ia hams membatasi  cintanya pada diri sendiri dan egoismenya.  Pun hendaknya  ia menyeimbangkan   cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain,  bekerja  sarna dengan  dan  memberi  bantu an kepada  orang  lain.
Cinta   seksual
Cinta  erat  kaitannya   dengan   dorongan   scksual.   Sebab   ialah  yang  bckcrja   dalam melestarikan   kasih  sayang,  keserasian.  dan  kerjasama  antara suami  dan  istri.  merupakan faktor  yang  primer  bagi  kelangsungan  hidup  keluarga  :
"Dan   di  antara    tanda-tanda      kekuasaan-Nya     ialah   Dia  menciptakan      untukmu istri-istri    dari   jenismu    sendiri,    supaya   kamu   cenderung     dan   merasa    tentram kepadanya,    dan  dijadikan-Nya    di antaramu    rasa  kasih  dan  sayang.  Sesungguhnya pada  yang  demikian   itu benar-benar    terdapat   tanda-tanda    bagi yang  berpikir   . QS, Ar-Rum,   30:21)
Cinta  kebapakan
Mengingat  bahwa  antara  ayah dengan  anak-anaknya  tidak  terjalin  oleh  ikatan-ikatan fisiologis  seperti yang menghubungkan  si ibu dengan anak-anaknya  maka para ahli ilmu jiwa modem  berpendapat  bahwa dorongan kebapakan  bukanlah dorongan  fisiologis scperti  halnya dorongan  keibuan,  melainkan  dorongan psikis.

Cinta kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. lni karena Rasul merupakan ideal sempuma bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.

C.   KASIH SAYANG
Pengertian   kasih  sayang  menurut  kamus  umum  bahasa  indonesia   karangan W.J.S.Poerwadamlinta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta.Percintaan  muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan  perkawinan,  maka  didalam  berumah  tangga  keluarga  muda  itu  bukan  lagi bercinta-cintaan.  tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan  kasih sayang.
Adanya  kasih sayang  ini mempengaruhi  kehidupan  si anak dalam  masyarakat.  Orang tua  dalam  memberikan   kasih  sayangnya  bermacam-macam   demikian  pula  sebaliknya.  Dari cara  pemberian  cinta  kasih  ini dapat  dibedakan  :
(I)    Orang  tua bersifat  aktif, si anak bersifat  pasif.
Dalam  hal  ini  orang  tua  memberikan   kasih  sayang  terhadap   anaknya  baik  berupa moral-materiil   dengan  sebanyak-banyaknya,   dan si anak menerima  saja, mengiyakan,   tanpa memberikan    respon.   Hal  ini  menyebabkan   si  anak  menjadi  takut,  kurang   berani  dalam masyarakat.  tidak berani menyatakan  pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu  berdiri sendiri  di dalam  masyarakat.
                                            
(2)   Orang  tua  bcrsifat  pasif,  si anak bersifat  aktif.
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan  memberikan  kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih  sayang  ini dibcrikan  secara sepihak,  orang tua mendiamkan  saja tingkah  laku  si anak, tidak  memberikan   perhatian  apa yang diperbuat  si anak.

(3)   Orang  tua  bersifat  pasif,  si anak bersifat  pasif.
Di sini jelas bahwa masing-rnasing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa  saling  memperhatikan.   Kehidupan   keluarga  sangat  dingin,  tidak  ada  kasih  sayang, masing-masing   membawa  caranya  sendiri,  tidak  ada tegur  sapa jika  tidak  perlu.  orang  tua hanya  memenuhi  dalam  bidang  materi  saja.
(4)   Orang  tua  bersifat  aktif, si anak bersifat  aktif
Dalam   hal   ini  orang   tua  dan   anak   saling   memberikan     kasih   sayang   dengan sebanyak-banyaknya Sehingga  hubungan  antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling  mencintai,  saling  menghargai,  saling membutuhkan.

D.   KEMESRAAN
Kemesraan berasal dari kata dasar mesra. yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik  antara wanita dan priayang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada dasamya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam. Filsuf Rusia, Salovjef  dalam bukunya makna kasih mengatakan  "jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia rnulai hidup untuk orang lain.

E.  PEMUJAAN
Pemujaan  adalah  salah  satu manifestasi  cinta  manusia  kepada  Tuhannya  yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan  manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan  manusia. Hal ini ialah karena pemujaan  kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenamya. Apa sebab itu teIjadi adalah karena Tuhan mencipta alam semesta. Seperti dalam surat AI-Furqon ayat 59 - 60 yang menyatakan, " Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian masa, kemudia dia bertahta di atas singgasana-Nya.  
Dia maha pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui".  Selanjutnya  ayat 60, "Bila dikatakan kepada mereka, sujudlah kepada Tuhan yang maha pengasih.

F.   BELAS KASIHAN
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada tiga macam cinta. Cinta agape ialah cinta manusia kepada  Tuhan.  Cinta Philia  ialah cinta kepada ibu bapak (orang tua) dan saudara.  dan kctiga cinta Arnot/eros  ialah cinta antara pria dan wanita. Beda antara cinta eros dan amor  ini ialah cinta  eros  karena  kodrati  sebagai  laki-laki  dan  pcrcmpuan,   scdangkan  cinta  amor  karcna unsur-unsur  yang sulit dinanar. misalnya gadis normal yang cantik mcncintai dan mau dinikahi seorang  pemuda  yang  kerdil.
G.  CINTA KASIH EROTIS
Cinta kasih kesaudaraan mcrupakan cinta kasih antar orang-orang yang sama-sama sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih ternadap orang-orang yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara keduajenis tersebut, kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya cinta ksih tidak terbatas kcpada seseorang saja. Bila saya kasihi saudara saya, semua anak saya, disamping itu bahkan saya say a kasihi semua anak-anak yang membutuhkan  saya. Berlawanan dengan keduajenis cinta kasih terscbut ialah cinta kasih erotis, yaitu kchausan akan penyatuan yang sempuma. akan penyatuan dengan sescorang lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat ekslusif, bukan universal. dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.


 Contoh:
Faktor kebaikan, kasih sayang dan banyaknya limpahan nikmat
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Tidak ada satupun yang kebaikannya lebih besar dibandingkan Allah Ta’ala, karena sungguh kebaikan-Nya kepada hamba-Nya (tercurah) di setiap waktu dan (tarikan) nafas (hamba tersebut). Hamba itu selalu mendapatkan limpahan kebaikan-Nya dalam semua keadaannya, sehingga tidak ada cara (tidak mungkin) baginya untuk menghitung (secara persis) jenis-jenis kebaikan Allah Ta’alatersebut, apalagi macam-macam dan satuan-satuannya”5.
Allah Ta’ala berfirman:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ}
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa bencana, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan” (QS an-Nahl: 53).
Artinya, hanya kepada-Nyalah kamu berdoa dan menundukkan diri memohon pertolongan, karena kamu mengetahui bahwa tidak ada yang mampu menghilangkan bahaya dan bencana kecuali Dia Ta’ala semata-mata. Maka Zat yang maha tunggal dalam memberikan apa yang kamu minta dan mencegah apa yang kamu tidak sukai, Dialah satu-satunya yang pantas untuk dicintai dan diibadahi tanpa disekutukan6.
Kebaikan, nikmat dan kasih sayang yang Allah Ta’ala limpahkan kepada manusia, terlebih lagi kepada hamba-hamba-Nya yang beriman sungguh tiada terhitung dan tiada terkira, melebihi semua kebaikan yang diberikan oleh siapapun di kalangan makhluk. Karena kebaikan dan nikmatnya untuk lahir dan batin manusia. Bahkan nikmat dan taufik-Nya bagi manusia untuk mengenal dan mengikuti jalan Islam dan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah anugerah terbesar dan paling sempurna bagi manusia, karena inilah sebab kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat dan tidak ada yang mampu memberikan semua ini kecuali hanya Dia Ta’ala semata-mata.
Allah Ta’ala berfirman tentang ucapan penghuni surga:
{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Mereka (penghuni surga) berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada kami kepada (jalan menuju surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Rabb kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan” (QS al-A’raaf: 43).
Termasuk kebaikan dan kasih sayang yang paling sempurna menurut pandangan manusia adalah kebaikan dan kasih sayang orang tuanya kepadanya, terutama ibunya. Akan tetapi, betapapun besarnya kebaikan dan kasih sayang tersebut, tetap saja hanya pada batasan yang mampu dilakukan manusia. Karena tentu orang tuanya tidak mampu memberikan rezki, mencegah penyakit atau bencana dari diri anaknya. Belum lagi kebaikan berupa taufik untuk menempuh jalan Islam yang lurus.
Oleh karena itu, wajar jika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya7.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Seandainya tidak ada kebaikan dan limpahan nikmat (dari) Allah yang (seharusnya) menjadi sebab hamba-hamba-Nya mencintai-Nya kecuali (dengan) Dia menciptakan langit-langit dan bumi, serta (semua) yang ada di dunia dan akhirat, (semua) untuk mereka, kemudian Dia memuliakan mereka (dengan) mengutus kepada mereka para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, mensyariatkan agama-Nya dan mengizinkan bagi mereka untuk bermunajat (berkomunikasi) dengan-Nya di setiap waktu yang mereka inginkan.
(Bahkan) dengan satu kebaikan yang mereka kerjakan Dia menuliskan (pahala) bagi mereka sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, (bahkan) sampai berlipat-lipat kali yang banyak. (Sementara) untuk satu keburukan (yang mereka kerjakan) Dia menuliskan bagi mereka (hanya) satu dosa, lalu jika mereka bertaubat maka Dia menghapuskan dosa tersebut dan menggantikannya dengan satu kebaikan.
Seandainya dosa salah seorang di antara hamba-hamba-Nya mencapai (sepenuh) awan di langit kemudian dia memohon ampun kepada-Nya maka Dia akan mengampuninya. Seandainya hamba tersebut berjumpa Allah (meninggal dunia) dengan (membawa) dosa-dosa sepenuh bumi, tapi dia membawa tauhid (mengesakan-Nya dalam beribadah) dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka Dia akan memberikan pengampunan sepenuh bumi (pula) bagi hamba tersebut.
Dia yang mensyariatkan bagi mereka taubat yang menggugurkan dosa-dosa, lalu Dia (juga) yang memberi taufik kepada mereka untuk melakukannya, kemudian Dia menerima taubat dari mereka. Dan DIa mensyariatkan (ibadah) haji yang menggugurkan dosa-dosa yang terdahulu, Dialah yang memberi taufik kepada mereka untuk mengerjakannya dan dengan itu Dia menggugurkan dosa-dosa mereka.
Demikian pula semua amal ibadah dan ketaatan (lainnya), Dialah yang memerintahkan mereka untuk mengerjakannya, Dia menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya, mensyariatkan ibadah itu untuk mereka dan memberikan balasan pahala penegakkan ibadah itu.
Maka dari Dialah sebab, dari-Nya balasan (pahala), dan dari-Nyalah taufik (kemudahan dan pertolongan untuk bisa mengerjakan segala kebaikan). Dari-Nya (segala) nikmat di awal dan akhir, mereka yang selalu mendapat kebaikan darinya seluruhnya dari awal sampai akhir. Dia yang menganugerahkan kepada hamba-Nya harta (rizki) dan Dia menyeru (hamba-Nya): beribadahlah kepada-Ku (bersedekahlah) dengan harta ini maka Aku akan menerimanya darimu. Maka hamba tersebut adalah milik-Nya, harta itu juga milik-Nya, dan dari-Nya pahala (untuk sedekah tersebut, sehingga Dialah Yang Maha Pemberi (anugerah kebaikan) dari awal sampai akhir.
Maka bagaimana mungkin tidak akan dicintai Zat yang demikian keadaan (sifat-sifat kebaikan)-Nya? Bagaimana mungkin seorang hamba tidak merasa malu untuk memalingkan rasa cintanya kepada selain-Nya? Siapakah yang lebih pantas untuk dipuji, disanjung dan dicintai selain Allah? Dan siapakah yang lebih banyak kepemurahan, kedermawanan dan kebaikannya dari pada Allah? Maka maha suci Allah, segala puji bagi-Nya, tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana”8.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Allah mengajak hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan berbagai macam nikmat dan karunia-Nya yang agung, yang dengan itu Allah menciptakan, menghidupkan, memperbaiki keadaan dan menyempurnakan semua urusan mereka. Bahkan dengan itu Allah menyempurnakan (pemenuhan) kebutuhan-kebutuhan pokok, memudahkan urusan-urusan, menghilangkan semua kesulitan dan kesusahan, menetapkan hukum-hukum syariat dan memudahkan mereka menjalankannya, serta menunjukkan jalan yang lurus kepada mereka…
Maka semua yang ada di dunia dari hal-hal yang dicintai oleh hati dan jiwa manusia, yang lahir maupun batin, adalah (bersumber) dari kebaikan dan kedermawanan-Nya, untuk mengajak hamba-hamba-Nya agar mencintai-Nya.
Sungguh hati manusia secara fitrah akan mencintai pihak yang (selalu) berbuat baik kepadanya. Maka kebaikan apa yang lebih agung dari kebaikan (yang Allah Ta’alalimpahkan kepada hamba-hamba-Nya)? Kebaikan ini tidak sanggup untuk dihitung jenis dan macamnya, apalagi satuan-satuannya. Padahal setiap nikmat (dari Allah Ta’ala) mengharuskan bagi hamba untuk hati mereka dipenuhi dengan kecintaan, rasa syukur, pujian dan sanjungan kepada-Nya”9.
(bersambung)
Catatan Kaki
1 Lihat kitab “al-Jawaabul kaafi” (hal. 276).
2 Kitab “Fathur Rahiimil Malikil ‘Allaam” (hal. 56).
3 Hal 3-4 dalam makalah ini.
4 Kitab “Thariiqul hijratain” (hal. 349 dan 352).
5 Kitab “Thariiqul hijratain” (hal. 349).
6 Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 442).
7 HS Al-Bukhari (no. 5653) dan Muslim (no. 2754).
8 Kitab “Thariiqul hijratain” (hal. 350-351).
9 Kitab “Fathur Rahiimil Malikil ‘Allaam” (hal. 56).
Artikel Muslimah.Or.Id
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, Lc. M.A

0 comments:

Post a Comment