Tuesday 31 March 2015

Piscok Meler

           Piscok atau pisang coklat merupakan makanan yang sudah tidak asing lagi ditelinga kebanyakan orang. Namun beberapa bulan ini seorang pengusaha membuat sebuah inovasi untuk menyajikan piscok yang berbeda. Sebenarnya piscok ini tidak jauh beda dengan piscok lainnya. Komposisi dari piscok ini terdiri dari lumpia yang diisi dengan pisang, keju dan coklat. Hanya saja coklat yang terkandung dalam piscok yang biasa digunakan adalah meses sekarang diganti dengan selai coklat yang berlimpah, dan ketika digigit coklat yang berlimpah itu terasa meleleh dimulut. Dan inilah asal muasal nama “Piscok Meler” tercetus. Harganya pun cukup terjangkau, dengan uang Rp 2.000,- kita bisa mencicipi sensasi limpahan coklat yang meleleh dimul ut. Piscok meler ini sudah sering kita temui dipinggir jalan dengan gerobak yang sederhana namun cukup terlihat apik dan bersih. Awalnya gerobak piscok ini sering ditemui di beberapa daerah saja. Namun karena peminatnya yang sangat banyak, dari kalangan anak-anak, remaja hingga orang tua. Gerobak piscok meler ini sudah menjalar diberbagai banyak daerah, menyebar luas dan bertambah banyak. Hal inini merupakan contoh yang sangat inspiratif, dengan sebuah ide yang sederhana. Merubah sebuah makanan lama atau biasa lalu diberi sedikit inovatif mampu menciptkan bisnis yang lumayan menguntungkan.
           
Belakangan ini saya sering sekali menyempatkan diri untuk membeli beberapa potong piscok meler ini. Ini membuat saya ketagihan. Suatu ketika saya bertanya pada penjual piscok meler ini bagaimana awal mula berbisnis piscok meler ini, “Bang boleh tanya-tanya sedikit enggak bang?” aku bertanya. “Tanya apa neng?” jawab penjual piscok, “Kok piscok nya enak banget bang, ini coklatnya pake apa sih?” tanyaku kepada penjual piscok. “Oh itu neng coklatnya pake selai coklat, yang khusus dianter dari pusat.” Jawab penjual piscok. “Dari pusat? Maksudnya gimana bang?” tanyaku lagi. “Jadi nih neng semua bahan-bahan untuk membuat piscok itu sudah distock dari pusatnya, dari bos saya gitu maksudnya neng. Mulai dari lumpia, selai coklat, sampai keju nya neng.” Ujar penjual piscok tersebut. “Oh gitu, jadi abang cuma yang jualin aja??” tanyaku lagi. “Iya neng, tugas saya cuma buat piscoknya sama jualin aja hehehe” jawabnya lagi.”Lalu pendapatan perhari nya kira-kira berapa bang? Sehari itu bisa jual berapa banyak piscok meler?” tanyaku lagi dengan rentetan pertanyaan sekaligus. “Yaa lumayan lah neng bisa nyampe Rp 200.000,- s/d Rp 300.000,- per hari. Kalau berapa potongnya bisa sampai 100-150an piscok lah neng per hari hehehe.” Ujarnya sambil tersenyum. “Wah lumayan juga ya bang. Okedeh bang terima kasih banyak ya” ujarku menyudahi.

0 comments:

Post a Comment