BAB IV
MANUSIA DAN CINTA KASIH
A. PENGERTIAN CINTA KASIH
Menurut kamus umum bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadanninta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada)
atau (rasa) sayang (kepada),
ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya
perasaan sayang atau dnta kepada atau
menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir
bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan
suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersarnaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya.
Cinta lebih mengandung
pengertian mendalamnya rasa, sedangkan
kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber
dari cinta yang mendalam itulah kasih
dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta tingkat tertinggi adalah
cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad
di jalan Allah. Cinta tingkat
menengah
adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Cinta tingkat terendah
adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan
tempat tinggal.
Bagi setiap orang Islam yang bertakwa,
sudah menjadi
keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada Rasulullah, dan berjihad di jalan
Allah, adalah merupakan
cinta yang
tidak ada duanya. Hal ini merupakan
konsekwensi iman dan merupakan
keharusan dalam Islam. Bahkan itu pendorong utama
di dalam menunjang tinggi agama.
. Cinta tingkat
terendah
adalah
cinta
yang paling keji,
hina dan
merusak rasa
kemanusiaan. Karena itu ia adalah
cinta
rendahan.
Bentuknya
beraneka
ragam
misalnya
:
1.
Cinta kepada
thagut.
Thagut
adalah
syetan.
atau
sesuatu
yang
disembah
selain
Tuhan.Dalam surat Al Baqarah,
Allah berfirman :
dan dian tara manusia ada orang-orang
yang
menyembah
tandingan-tandingan
Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah
2. Cinta berdasarkan hawa nafsu.
2. Cinta berdasarkan hawa nafsu.
3. Cinta
yang lebih mengutamakan kecintaan pada
orang tua, anak, istri, pemiagaan
dan tempat tinggal.
Hikmah cinta adalah sangat besar.
Hanya
orang
yang
telah diberi kefahaman dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang
mampu merenungkannya. Diantara
hikmah-hikmah tersebut adalah :
1.
Sesungguhnya cinta
itu adalah
merupakan ujian
yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena setiap cinta
akan
mengalami berbagai macam
2.
Bahwa fenomena einta yang telah melekat
di dalam jiwa manusia merupakan pendorong dan pembangkit yang paling besar di dalam
melestarikan
kehidupan
lingkungan.
3.
Bahwa fenomena
cinta merupakan faktor utama didalam
kelanjutan hidup manusia, dalam kenal-mengenal
antar mereka.
4.
Fenomena cinta,jika diperhatikan merupakan pengikat
yang paling kuat di dalam hubungan antar anggota
keluarga, kerukunan bermasyarakat, mengasihi sesama mahluk hidup.
B. CINTA
MENURUT AJARAN AGAMA
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami
dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia
masih mendambakan tegaknya
cinta dalam kehidupan ini.
Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian
dunia, tetapi di pihak lain dalam praktek
kehidupan cinta sebagai
dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran
cinta kepada manusia.
Cinta diri erat kaitannya dengan
dorongan menjaga diri. Manusia senang
untuk tetap hidup. mengembangkan
potensi dirinya,
dan mengaktualisasikan diri. Pun ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan
pada dirinya. Sebaliknya ia membenci
segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Iajuga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit
dan mara bahaya.
Al-Qur'an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya
sendiri ini, keceoderungannya
untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat
dan berguna bagi dirinya, dan menghind3ri dari segala sesuatu yang rnembahayakan
keselamatan
dirinya, malalui
ucapan Nabi Muhammad SA W, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal
gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya
dari segala keburukan.
Cinta kepada sesama
manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan
manusia lainnya, tidak boleh
tidak ia hams membatasi
cintanya pada diri sendiri
dan egoismenya. Pun
hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta
dan kasih sayang
pada orang-orang lain, bekerja
sarna dengan dan
memberi bantu
an kepada orang
lain.
Cinta seksual
Cinta erat kaitannya dengan
dorongan scksual. Sebab
ialah yang bckcrja
dalam melestarikan kasih sayang, keserasian. dan kerjasama antara
suami dan istri.
merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan
hidup
keluarga
:
"Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya
kamu
cenderung dan
merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
yang berpikir . QS,
Ar-Rum, 30:21)
Cinta kebapakan
Mengingat bahwa
antara ayah dengan
anak-anaknya
tidak
terjalin
oleh
ikatan-ikatan
fisiologis seperti yang menghubungkan
si ibu dengan anak-anaknya maka para ahli ilmu jiwa modem berpendapat bahwa dorongan
kebapakan bukanlah dorongan fisiologis scperti halnya dorongan keibuan,
melainkan dorongan psikis.
Cinta kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta,
menduduki peringkat ke dua setelah
cinta kepada Allah. lni karena Rasul merupakan ideal sempuma bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
C.
KASIH
SAYANG
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum
bahasa
indonesia karangan W.J.S.Poerwadamlinta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan
suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan
berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta.Percintaan
muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam berumah tangga
keluarga
muda
itu bukan lagi bercinta-cintaan.
tetapi sudah bersifat kasih mengasihi
atau saling menumpahkan kasih sayang.
Adanya kasih sayang ini
mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat.
Orang
tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya.
Dari
cara pemberian
cinta
kasih
ini dapat dibedakan :
(I) Orang
tua bersifat aktif,
si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materiil dengan sebanyak-banyaknya, dan
si anak menerima saja,
mengiyakan, tanpa
memberikan respon. Hal ini menyebabkan si anak menjadi takut, kurang berani dalam masyarakat. tidak berani
menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu
berdiri sendiri di dalam
masyarakat.
(2) Orang
tua
bcrsifat
pasif,
si anak bersifat
aktif.
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap
orang tuanya, kasih sayang ini dibcrikan
secara sepihak, orang tua mendiamkan
saja tingkah laku si anak,
tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
(3) Orang
tua
bersifat
pasif, si anak bersifat
pasif.
Di sini jelas bahwa masing-rnasing membawa
hidupnya, tingkah lakunya
sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih
sayang,
masing-masing membawa
caranya
sendiri,
tidak ada tegur
sapa jika tidak
perlu. orang tua hanya memenuhi dalam
bidang
materi
saja.
(4) Orang
tua
bersifat
aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal
ini orang
tua dan
anak
saling
memberikan kasih
sayang
dengan sebanyak-banyaknya, Sehingga hubungan antara
orang tua dan anak sangat
intim dan mesra, saling mencintai, saling
menghargai,
saling membutuhkan.
D. KEMESRAAN
Kemesraan berasal
dari kata dasar mesra. yang artinya perasaan
simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara wanita dan priayang sedang
dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada
dasamya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya
makna kasih mengatakan
"jika seorang
pemuda jatuh
cinta pada seorang gadis secara serius ia terlempar ke luar dari cinta
diri. Ia rnulai
hidup untuk orang lain.
E. PEMUJAAN
Pemujaan adalah salah
satu manifestasi cinta manusia
kepada
Tuhannya
yang
diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual.
Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan
manusia. Hal ini ialah karena pemujaan
kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan
yang sebenamya. Apa sebab itu teIjadi
adalah karena Tuhan mencipta alam semesta. Seperti dalam surat AI-Furqon ayat 59 - 60 yang menyatakan, " Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta apa-apa diantara
keduanya dalam
enam rangkaian masa, kemudia dia bertahta
di atas singgasana-Nya.
Dia maha pengasih, maka tanyakanlah
kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui". Selanjutnya ayat 60, "Bila dikatakan kepada mereka, sujudlah kepada
Tuhan yang maha pengasih.
F. BELAS KASIHAN
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada tiga macam cinta. Cinta agape ialah cinta manusia
kepada Tuhan. Cinta Philia
ialah cinta kepada
ibu bapak (orang tua)
dan saudara. dan kctiga cinta Arnot/eros ialah
cinta antara pria dan wanita. Beda antara cinta eros dan amor ini ialah
cinta eros karena kodrati sebagai
laki-laki
dan pcrcmpuan,
scdangkan cinta amor
karcna
unsur-unsur yang
sulit dinanar. misalnya gadis normal yang cantik mcncintai dan mau dinikahi
seorang pemuda yang kerdil.
G. CINTA KASIH EROTIS
Cinta kasih kesaudaraan mcrupakan cinta kasih antar orang-orang yang sama-sama
sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan
cinta kasih ternadap orang-orang yang lemah tanpa daya. Walaupun
terdapat perbedaan besar antara keduajenis tersebut, kedua-duanya mempunyai kesamaan
bahwa pada hakekatnya cinta ksih tidak terbatas kcpada
seseorang saja. Bila saya kasihi
saudara saya, semua anak saya, disamping itu bahkan saya say a kasihi semua anak-anak yang membutuhkan
saya. Berlawanan
dengan keduajenis cinta kasih terscbut ialah cinta kasih erotis, yaitu kchausan akan penyatuan
yang sempuma. akan penyatuan dengan sescorang
lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih
tersebut bersifat ekslusif, bukan universal. dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.
Contoh:
Faktor kebaikan, kasih sayang dan banyaknya
limpahan nikmat
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Tidak ada satupun yang kebaikannya
lebih besar dibandingkan Allah Ta’ala, karena sungguh kebaikan-Nya kepada hamba-Nya
(tercurah) di setiap waktu dan (tarikan) nafas (hamba tersebut). Hamba itu
selalu mendapatkan limpahan kebaikan-Nya dalam semua keadaannya, sehingga tidak
ada cara (tidak mungkin) baginya untuk menghitung (secara persis) jenis-jenis
kebaikan Allah Ta’alatersebut, apalagi macam-macam dan satuan-satuannya”5.
Allah Ta’ala berfirman:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ
نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ}
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa bencana, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan” (QS an-Nahl: 53).
Artinya, hanya kepada-Nyalah kamu berdoa dan menundukkan diri
memohon pertolongan, karena kamu mengetahui bahwa tidak ada yang mampu
menghilangkan bahaya dan bencana kecuali Dia Ta’ala semata-mata. Maka Zat yang maha tunggal dalam
memberikan apa yang kamu minta dan mencegah apa yang kamu tidak sukai, Dialah
satu-satunya yang pantas untuk dicintai dan diibadahi tanpa disekutukan6.
Kebaikan, nikmat dan kasih sayang yang Allah Ta’ala limpahkan kepada manusia, terlebih lagi kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman sungguh tiada terhitung dan tiada terkira,
melebihi semua kebaikan yang diberikan oleh siapapun di kalangan makhluk.
Karena kebaikan dan nikmatnya untuk lahir dan batin manusia. Bahkan nikmat dan
taufik-Nya bagi manusia untuk mengenal dan mengikuti jalan Islam dan sunnah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah anugerah terbesar dan paling sempurna
bagi manusia, karena inilah sebab kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat dan
tidak ada yang mampu memberikan semua ini kecuali hanya Dia Ta’ala semata-mata.
Allah Ta’ala berfirman tentang ucapan penghuni surga:
{وَقَالُوا الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا
اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ
الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
“Mereka (penghuni surga) berkata: “Segala puji bagi Allah yang
telah memberi petunjuk kepada kami kepada (jalan menuju surga) ini. Dan kami
sekali-kali tidak tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Rabb kami, membawa kebenaran”.
Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu,
disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan” (QS al-A’raaf: 43).
Termasuk kebaikan dan kasih sayang yang paling sempurna menurut
pandangan manusia adalah kebaikan dan kasih sayang orang tuanya kepadanya,
terutama ibunya. Akan tetapi, betapapun besarnya kebaikan dan kasih sayang
tersebut, tetap saja hanya pada batasan yang mampu dilakukan manusia. Karena
tentu orang tuanya tidak mampu memberikan rezki, mencegah penyakit atau bencana
dari diri anaknya. Belum lagi kebaikan berupa taufik untuk menempuh jalan Islam
yang lurus.
Oleh karena itu, wajar jika Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “Sungguh Allah lebih
penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya”7.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Seandainya tidak ada kebaikan dan
limpahan nikmat (dari) Allah yang (seharusnya) menjadi sebab hamba-hamba-Nya
mencintai-Nya kecuali (dengan) Dia menciptakan langit-langit dan bumi, serta
(semua) yang ada di dunia dan akhirat, (semua) untuk mereka, kemudian Dia
memuliakan mereka (dengan) mengutus kepada mereka para Rasul-Nya, menurunkan
kitab-kitab-Nya, mensyariatkan agama-Nya dan mengizinkan bagi mereka untuk
bermunajat (berkomunikasi) dengan-Nya di setiap waktu yang mereka inginkan.
(Bahkan) dengan satu kebaikan yang mereka kerjakan Dia
menuliskan (pahala) bagi mereka sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipat, (bahkan) sampai berlipat-lipat kali yang banyak. (Sementara) untuk satu
keburukan (yang mereka kerjakan) Dia menuliskan bagi mereka (hanya) satu dosa,
lalu jika mereka bertaubat maka Dia menghapuskan dosa tersebut dan
menggantikannya dengan satu kebaikan.
Seandainya dosa salah seorang di antara hamba-hamba-Nya mencapai
(sepenuh) awan di langit kemudian dia memohon ampun kepada-Nya maka Dia akan
mengampuninya. Seandainya hamba tersebut berjumpa Allah (meninggal dunia)
dengan (membawa) dosa-dosa sepenuh bumi, tapi dia membawa tauhid
(mengesakan-Nya dalam beribadah) dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka
Dia akan memberikan pengampunan sepenuh bumi (pula) bagi hamba tersebut.
Dia yang mensyariatkan bagi mereka taubat yang menggugurkan
dosa-dosa, lalu Dia (juga) yang memberi taufik kepada mereka untuk
melakukannya, kemudian Dia menerima taubat dari mereka. Dan DIa mensyariatkan
(ibadah) haji yang menggugurkan dosa-dosa yang terdahulu, Dialah yang memberi
taufik kepada mereka untuk mengerjakannya dan dengan itu Dia menggugurkan
dosa-dosa mereka.
Demikian pula semua amal ibadah dan ketaatan (lainnya), Dialah
yang memerintahkan mereka untuk mengerjakannya, Dia menciptakan mereka untuk
beribadah kepada-Nya, mensyariatkan ibadah itu untuk mereka dan memberikan
balasan pahala penegakkan ibadah itu.
Maka dari Dialah sebab, dari-Nya balasan (pahala), dan
dari-Nyalah taufik (kemudahan dan pertolongan untuk bisa mengerjakan segala
kebaikan). Dari-Nya (segala) nikmat di awal dan akhir, mereka yang selalu
mendapat kebaikan darinya seluruhnya dari awal sampai akhir. Dia yang
menganugerahkan kepada hamba-Nya harta (rizki) dan Dia menyeru (hamba-Nya):
beribadahlah kepada-Ku (bersedekahlah) dengan harta ini maka Aku akan
menerimanya darimu. Maka hamba tersebut adalah milik-Nya, harta itu juga
milik-Nya, dan dari-Nya pahala (untuk sedekah tersebut, sehingga Dialah Yang
Maha Pemberi (anugerah kebaikan) dari awal sampai akhir.
Maka bagaimana mungkin tidak akan dicintai Zat yang demikian
keadaan (sifat-sifat kebaikan)-Nya? Bagaimana mungkin seorang hamba tidak
merasa malu untuk memalingkan rasa cintanya kepada selain-Nya? Siapakah yang
lebih pantas untuk dipuji, disanjung dan dicintai selain Allah? Dan siapakah
yang lebih banyak kepemurahan, kedermawanan dan kebaikannya dari pada Allah?
Maka maha suci Allah, segala puji bagi-Nya, tidak ada sembahan yang benar
kecuali Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana”8.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Allah mengajak
hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan berbagai macam nikmat dan
karunia-Nya yang agung, yang dengan itu Allah menciptakan, menghidupkan,
memperbaiki keadaan dan menyempurnakan semua urusan mereka. Bahkan dengan itu Allah
menyempurnakan (pemenuhan) kebutuhan-kebutuhan pokok, memudahkan urusan-urusan,
menghilangkan semua kesulitan dan kesusahan, menetapkan hukum-hukum syariat dan
memudahkan mereka menjalankannya, serta menunjukkan jalan yang lurus kepada
mereka…
Maka semua yang ada di dunia dari hal-hal yang dicintai oleh
hati dan jiwa manusia, yang lahir maupun batin, adalah (bersumber) dari
kebaikan dan kedermawanan-Nya, untuk mengajak hamba-hamba-Nya agar mencintai-Nya.
Sungguh hati manusia secara fitrah akan mencintai pihak yang
(selalu) berbuat baik kepadanya. Maka kebaikan apa yang lebih agung dari
kebaikan (yang Allah Ta’alalimpahkan kepada hamba-hamba-Nya)? Kebaikan ini tidak sanggup untuk
dihitung jenis dan macamnya, apalagi satuan-satuannya. Padahal setiap nikmat
(dari Allah Ta’ala) mengharuskan bagi hamba untuk hati mereka dipenuhi dengan
kecintaan, rasa syukur, pujian dan sanjungan kepada-Nya”9.
(bersambung)
Catatan Kaki
1 Lihat kitab “al-Jawaabul kaafi”
(hal. 276).
2 Kitab “Fathur Rahiimil Malikil
‘Allaam” (hal. 56).
3 Hal 3-4 dalam makalah ini.
4 Kitab “Thariiqul hijratain” (hal.
349 dan 352).
5 Kitab “Thariiqul hijratain” (hal.
349).
6 Lihat kitab “Taisiirul Kariimir
Rahmaan” (hal. 442).
7 HS Al-Bukhari (no. 5653) dan Muslim (no.
2754).
8 Kitab “Thariiqul hijratain” (hal.
350-351).
9 Kitab “Fathur Rahiimil Malikil
‘Allaam” (hal. 56).
—
Artikel Muslimah.Or.Id
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, Lc. M.A
No comments:
Post a Comment